AWAL MULA TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA
Alam semesta terbentuk sekitar 13,77 miliar tahun yang lalu menurut model Dentuman Besar yang didasarkan pada pengamatan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis, struktur skala besar, dan pergeseran merah supernova jauh, dengan terbentuknya partikel, atom, gravitasi, bintang, galaksi, ruang, waktu, materi, dan energi. Dengan dipercepat yang mewakili sebagian kecil energi yang bahkan lebih besar daripada materi gravitasi.
Teori terbentuknya alam semesta
1. Teori Big Bang
Teori pembentukan alam semesta yang terbaik dan banyak didukung para ahli sampai sekarang adalah Teori Big Bang. Teori ini meyakini bahwa terbentuknya alam semesta berasal dari dentuman yang dahsyat. Teori Big Bang dikemukakan oleh Abbe Lemaitre pada tahun 1920-an. Teori ini meyakini bahwa alam semesta berasal dari gumpalan atom yang sangat besar. Suhu gumpalan atom ini diperkirakan berkisar antara 10 milyar sampai 1 triliun derajat Celcius. Gumpalan atom tersebut meledak 15 milyar tahun yang lalu. Sisa-sisa ledakan inilah yang menyebar dan menjadi awan hidrogen. Awan ini membentuk bintang-bintang yang kemudian membuat bintang berpusat membentuk galaksi.
2. Teori Steady-State
Teori Steady-State ini menyatakan bahwa alam semesta dibentuk tanpa awal dan juga akhir. Singkatnya, alam semesta ini memang terbentuk tanpa ada fenomena apapun. Teori ini dicetuskan oleh dua ilmuwan, yaitu H. Bondi, T. Gold, dan F. Hoyle pada 1948. Pernyataan dari teori ini didasari atas pengamatan terhadap benda-benda langit yang tidak pernah mengalami berubah padahal sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Teori ini sedikit bertentangan dengan ilmu agama soal kiamat karena menilai bahwa alam semesta tidak akan ada akhirnya. Namun, tentunya hal itu tidak bisa diperdebatkan karena memang setiap teori pasti ada argumennya masing-masing. Selain itu, teori ini juga bertentangan dengan pemikiran dari beberapa ilmuwan yang meyakini bahwa alam semesta ini terbentuk karena ada suatu peristiwa besar.
3. Teori osilasi
Teori osilasi memiliki keyakinan yang sama dengan teori keadaan tetap. Namun, teori meyakini adanya ledakan besar. Teori ini meyakini nanti akan ada gravitasi yang menyedot kembali semua galaksi yang telah ekspansi. Hal ini akan menyebabkan alam semesta menyempit dan memadat, kemudian meledak seperti teori Big Bang. Hal ini akan terus berulang dan diyakini bahwa alam semesta tidak memiliki akhir.
4. Teori nebula
Setelah adanya teleskop, William Herschel menemukan adanya nebula yang awalnya dianggap sebagai kumpulan gas yang gagal menjadi bintang. Namun, kemudian dia menemukan bintang dengan halo yang terang di sekitarnya. Halo adalah berkas cahaya yang terang yang muncul di sekitar bintang. Baca juga: Apa Bintang Paling Besar di Alam Semesta? Herschel mengambil kesimpulan bahwa bintang itu terbentuk dari nebula, sedangkan halo merupakan sisa dari nebula. Teori nebula semakin mantap setelah Pierre Laplace menyatakan bahwa awan gas dan debu yang berputar secara perlahan akan menjadi padu akibat gravitasi. Putaran ini akan semakin cepat. Materi yang di tengah akan menjadi matahari, sedangkan materi yang terlepas akan membentuk sejumlah cincin yang kelak akan menjadi planet.
Penjelasan Teori Nebula Menurut Para Ahli
Sejumlah ilmuwan memiliki argumennya masing-masing dari hasil penelitiannya mengenai pembentukan tata surya melalui teori nebula.
Menurut Immanuel Kant
Sejumlah ilmuwan memiliki argumennya masing-masing dari hasil penelitiannya mengenai pembentukan tata surya melalui teori nebula.
Menurut Immanuel Kant
Immanuel Kant menjelaskan bahwa pembentukan tata surya berasal dari awan yang berputar perlahan dan kemudian ditarik oleh gaya gravitasi. Karena gravitasi itu, awan-awan tersebut menggumpal sampai mengeras dan menghasilkan susunan tata surya.
Menurut Simon Laplace
Simon Laplace kemudian mengembangkan argumen yang dikemukakan oleh Immanuel Kant mengenai teori nebula. Penjelasan dari Immanuel Kant kemudian diperkuat dengan argumen dari Simon Laplace. Penjelasan Simon Laplace ini bisa menjelaskan mengapa matahari memiliki ukuran terbesar di antara susunan tata surya yang lainnya. Laplace menjelaskan bahwa alam semesta terbentuk mulai dari matahari. Matahari terbentuk karena adanya bola gas yang memiliki suhu sangat tinggi berputar ke arah keluar dengan cepat.
Perputaran tersebut lantas membuat gumpalan yang ada di sisi luar terlempar dan dengan sendirinya mendingin. Setelah pendinginan, gumpalan itu membentuk planet, sedangkan bola gas panas tadi membentuk matahari.
Menurut C. Von Weizsäcker
Penjelasan mengenai teori nebula kemudian dilanjutkan oleh ilmuwan asal Jerman bernama Carl Friedrich von Weizsäcker pada abad 20-an. Weizsacker menjelaskan bahwa awal mula alam semesta ini terbentuk dari lapisan gas berupa hidrogen serta helium. Gas-gas tersebut terletak di luar jalur matahari.
Karena suhu panas yang dari matahari, gas-gas itu kemudian terkumpul pada sebuah garis massa.
Kumpulan massa dari gas tersebut lantas menguap ke luar angkasa dan menarik material-material padat yang ada di luar angkasa sehingga membentuk sebuah planet.
Menurut NASA
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau yang dikenal dengan NASA juga memiliki argumennya sendiri mengenai teori nebula. NASA menjelaskan bahwa tata surya atau alam semesta ini bermula dari sebuah awan dan gas padat berupa debu yang ada sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu.
Awan-awan tersebut lantas berputar dan akhirnya menjadi sebuah gumpalan.Kemudian gravitasi membuat gas dan debu itu berputar perlahan dan konsisten membentuk seperti sebuah cakram.
Gas dan debu itu makin lama makin padat dan membentuk sebuah inti yang menjadi matahari. Sedangkan material lain yang ada di sekitar matahari mendingin dan membentuk planet yang dikenal dengan galaksi Bima Sakti.
Menurut Simon Laplace
Simon Laplace kemudian mengembangkan argumen yang dikemukakan oleh Immanuel Kant mengenai teori nebula. Penjelasan dari Immanuel Kant kemudian diperkuat dengan argumen dari Simon Laplace. Penjelasan Simon Laplace ini bisa menjelaskan mengapa matahari memiliki ukuran terbesar di antara susunan tata surya yang lainnya. Laplace menjelaskan bahwa alam semesta terbentuk mulai dari matahari. Matahari terbentuk karena adanya bola gas yang memiliki suhu sangat tinggi berputar ke arah keluar dengan cepat.
Perputaran tersebut lantas membuat gumpalan yang ada di sisi luar terlempar dan dengan sendirinya mendingin. Setelah pendinginan, gumpalan itu membentuk planet, sedangkan bola gas panas tadi membentuk matahari.
Menurut C. Von Weizsäcker
Penjelasan mengenai teori nebula kemudian dilanjutkan oleh ilmuwan asal Jerman bernama Carl Friedrich von Weizsäcker pada abad 20-an. Weizsacker menjelaskan bahwa awal mula alam semesta ini terbentuk dari lapisan gas berupa hidrogen serta helium. Gas-gas tersebut terletak di luar jalur matahari.
Karena suhu panas yang dari matahari, gas-gas itu kemudian terkumpul pada sebuah garis massa.
Kumpulan massa dari gas tersebut lantas menguap ke luar angkasa dan menarik material-material padat yang ada di luar angkasa sehingga membentuk sebuah planet.
Menurut NASA
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau yang dikenal dengan NASA juga memiliki argumennya sendiri mengenai teori nebula. NASA menjelaskan bahwa tata surya atau alam semesta ini bermula dari sebuah awan dan gas padat berupa debu yang ada sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu.
Awan-awan tersebut lantas berputar dan akhirnya menjadi sebuah gumpalan.Kemudian gravitasi membuat gas dan debu itu berputar perlahan dan konsisten membentuk seperti sebuah cakram.
Gas dan debu itu makin lama makin padat dan membentuk sebuah inti yang menjadi matahari. Sedangkan material lain yang ada di sekitar matahari mendingin dan membentuk planet yang dikenal dengan galaksi Bima Sakti.
Proses Pembentukan Tata Surya Berdasarkan Teori Nebula Secara Umum
Dari pernyataan-pernyataan dari para ilmuwan di atas, terdapat garis merah yang dapat kita tarik mengenai teori nebula yang menjelaskan mengenai pembentukan alam semesta.
Pernyataan-pernyataan itu juga menjelaskan langkah-langkah yang nyaris sama dalam pembentukan alam semesta lewat teori nebula. Langkah-langkah itu antara lain:
Kumpulan Gas
Kumpulan gas menjadi awal mula dari tata surya menurut penjelasan dari teori nebula. Gas ini dijelaskan berupa hidrogen atau helium.
Berputar
Gas-gas yang ada di luar angkasa itu kemudian berputar secara cepat hingga menghasilkan tekanan gravitasi yang tinggi. Akibatnya, gas-gas tersebut menghasilkan suhu panas yang sangat tinggi sehingga membentuk inti dari matahari.
Gas-gas Tersebar
Selama berputar itu, beberapa gas yang ada di dalam inti tersebut ada yang memisahkan diri, tetapi terap berada di jalur perputaran sehingga membentuk seperti cincin.
Pemadatan Gas
Gas-gas yang berotasi di matahari diketahui memiliki tekanan gravitasi dari matahari. Akibatnya, gas-gas dan material lain di luar angkasa ditarik oleh gaya gravitasi dan menyatu menjadi sebuah gumpalan padat. Gumpalan padat itu kemudian mengalami pendinginan dan membentuk planet-planet yang mengitari matahari, termasuk bumi. Semakin jauh jarak planet dari matahari, semakin dingin pula suhu dari planet tersebut.
Kelebihan dan Kelemahan Teori Nebula
Teori ini memiliki kelebihan yaitu membuktikan bahwa tata surya memang berada segaris lurus dengan lintasan elips atau oval yang mengelilingi matahari. Oleh karena itu, teori ini dianggap sebagai teori pembentukan alam semesta yang paling masuk akal oleh para ilmuwan. Namun, meski teori ini dianggap masuk akal, teori ini juga bukan tanpa kelemahan.
Teori ini dinilai oleh beberapa ilmuwan seperti James Clerk Maxwell dan Sir James Jeans bahwa massa yang ada di dalam cincin sekitar matahari memiliki tekanan yang kurang besar sehingga tidak mungkin cukup untuk menarik benda-benda yang ada di tata surya dan kemudian memadat menjadi planet. Selain itu, F. R. Moulton menjelaskan bahwa teori nebula ini seharusnya menghasilkan ukuran planet lebih besar ketimbang ukuran dari matahari. Seperti diketahui, matahari menjadi material terbesar yang ada di dalam tata surya.
Video Penjelasan Awal Terbentuknya Alam Semesta
Komentar
Posting Komentar